Rusia Tembak Jatuh Rudal AS: Ketegangan Kembali Memuncak di Perang Ukraina

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Mediapasti.com – Rusia melaporkan telah menembak jatuh delapan rudal buatan Amerika Serikat (AS) yang ditembakkan dari wilayah Ukraina menuju Belgorod, Rusia, pada akhir pekan lalu.

Peristiwa ini memicu ancaman balasan dari Moskow, yang menyebut tindakan Ukraina didukung oleh Barat sebagai eskalasi signifikan dalam konflik yang telah berlangsung sejak Februari 2022.

Penggunaan Rudal ATACMS yang Memicu Eskalasi

Kementerian Pertahanan Rusia menyoroti penggunaan rudal jarak jauh ATACMS oleh Ukraina, yang dapat mencapai target hingga jarak 300 kilometer.

Sejak Presiden AS Joe Biden memberikan persetujuan pada November 2024, Ukraina telah menggunakan rudal ini dalam beberapa serangan terhadap wilayah Rusia.

Moskow menyebut langkah ini sebagai provokasi serius yang mengancam kestabilan regional.

“Tindakan rezim Kyiv ini, yang didukung oleh kurator Barat, akan dibalas dengan pembalasan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia melalui saluran Telegram, Sabtu (4/1).

Rudal Hipersonik Rusia “Oreshnik”

Sebagai tanggapan terhadap eskalasi tersebut, Rusia telah meningkatkan pengembangan rudal hipersonik eksperimental yang dikenal sebagai “Oreshnik.”

Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji mempercepat produksi senjata ini, yang diklaim tidak dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara Barat.

Rudal ini diuji coba pada Desember 2024 sebagai respons terhadap serangan serupa oleh Ukraina.

Perkembangan di Medan Perang

Selain insiden di Belgorod, Kementerian Pertahanan Rusia juga melaporkan kemajuan signifikan di medan perang, terutama di wilayah Donetsk.

Rusia mengklaim telah menembak jatuh jet tempur MiG-29 Ukraina dan menghancurkan sejumlah kendaraan tempur, termasuk:

  • 2 tank Leopard buatan Jerman.
  • 1 kendaraan tempur infanteri.
  • 3 pengangkut personel lapis baja, termasuk M113 buatan AS.
  • 1 meriam L-119 kaliber 105 mm buatan Inggris.

Menurut laporan resmi, lebih dari 410 tentara Ukraina tewas di wilayah Donetsk dalam 17 serangan balik yang berhasil digagalkan oleh pasukan Rusia.

Baca Juga :   Ini Reaksi Rusia Usai Finlandia Resmi Gabung NATO

Di wilayah Republik Rakyat Donetsk (DPR), Ukraina kehilangan 230 personel militer dalam dua serangan balik besar yang dipatahkan oleh Rusia.

Latar Belakang Konflik

Konflik antara Rusia dan Ukraina terus memanas sejak invasi besar-besaran Rusia ke wilayah timur Ukraina atau Donbass pada Februari 2024.

Rusia mengklaim intervensinya bertujuan melindungi etnis Rusia di wilayah tersebut, yang disebut mengalami diskriminasi oleh rezim Kyiv.

Di sisi lain, Ukraina berusaha mempertahankan kedaulatan wilayahnya, dengan dukungan dari negara-negara Barat seperti AS, Inggris, dan Uni Eropa.

Barat memberikan bantuan militer besar-besaran kepada Ukraina, termasuk pasokan senjata canggih seperti ATACMS, tank Leopard, dan sistem pertahanan udara Patriot.

Sebagai respons, Rusia menghadapi ribuan sanksi ekonomi yang dirancang untuk melemahkan kapasitasnya dalam mendanai perang.

Namun, konflik ini terus berkepanjangan tanpa solusi diplomatik yang jelas.

Ancaman Perang yang Meluas

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kini semakin berisiko menyeret negara-negara lain ke dalam konflik.

Penggunaan rudal jarak jauh ATACMS oleh Ukraina, serta pengembangan rudal hipersonik “Oreshnik” oleh Rusia, menunjukkan potensi eskalasi militer yang lebih besar di kawasan tersebut.

Komunitas internasional kini menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan bantuan kepada Ukraina dengan upaya untuk mencegah perang yang lebih luas di Eropa Timur.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Tinggalkan Balasan

Ikuti Kami :

Berita Serupa

Berita Terbaru

Twitter Kami

Load More

Tag Berita