Sedikitnya 16 orang lanjut usia (lansia) meninggal dunia setelah kebakaran melanda sebuah panti jompo di Kota Manado, Sulawesi Utara, Minggu (28/12/2025) malam. Polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran.
Belasan lansia penyintas kebakaran Panti Jompo Werdha Damai di Kota Manado, kini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Di balik luka fisik dan trauma psikis yang mendalam, para penghuni panti mengenang detik-detik mencekam saat api melahap pondok mereka di malam hari.
Rolin Rumeen terjaga dari tidurnya pada Minggu malam. Perempuan berusia 64 tahun itu awalnya mengira seseorang sedang membakar sampah di luar.
Namun, warna merah yang memantul di dinding kamarnya tampak terlalu pekat untuk sekadar api kecil. “Saya lihat, kok semerah begitu api? Begitu saya tengok, aduh, api sudah besar,” kenang Rolin saat ditemui di RSUD Kota Manado.
Ia kemudian menyelamatkan diri keluar dari kamarnya “pakai tongkat”. “Keluar sendiri,” kata Rolin yang punya riwayat stroke. Saat itu, ia mengatakan semua penghuni panti terlihat panik dan menyelamatkan diri masing-masing. Ia mengenang teman-temannya “yang tak tertolong” sebagai rekan “main domino kalau malam”. “Terus terbayang-bayang,” katanya.
Rolin adalah satu dari belasan lansia yang saat ini dirawat di RSUD Kota Manado. Direktur RSUD Kota Manado, dokter Hesky Lintang, mengonfirmasi menerima total 14 pasien sejak Senin (29/12) pagi. Beberapa pasien telah kembali, dan dalam masa transit. “Pada umumnya dalam kondisi stabil, baik,” kata Hesky.
Ia juga mengatakan salah satu pasien mengalami “luka bakar 30%” dan masih dalam perawatan intensif. Pemerintah Kota Manado telah menyatakan akan menanggung seluruh biaya pengobatan dan perawatan para korban hingga pulih.
Belum ada kepastian relokasi
Di koridor rumah sakit, suasana haru terasa saat kerabat dan keluarga korban mulai berdatangan. Mereka memberikan dukungan.
Bagi Rolin, yang sudah sembilan bulan tinggal di panti tersebut, masa depan kini tampak kabur. Saat ditanya mengenai rencana selanjutnya setelah keluar dari rumah sakit, Rolin hanya bisa memasrahkan nasibnya kepada pemerintah.
“Belum tahu [mau ke mana]. Tergantung pemerintah saja nanti bagaimana,” katanya singkat. Insiden yang menewaskan 16 orang ini menjadi salah satu kebakaran paling mematikan di Kota Manado, Sulawesi Utara, dalam beberapa tahun terakhir.
Kebakaran terjadi di panti jompo atau Panti Werdha Damai, yang berlokasi di Kelurahan Ranomuut, Lingkungan Tujuh. Selain korban jiwa, tiga penghuni lainnya mengalami luka bakar serius, menurut petugas. Mereka saat ini menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Api dilaporkan mulai berkobar sekitar pukul 20.25 Wita dan dengan cepat melahap sebagian besar bangunan panti yang dihuni para lansia.
Banyak korban diduga tidak sempat menyelamatkan diri karena kondisi fisik yang terbatas. Sampai Senin (29/12) pagi, polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran yang diperkirakan menyebabkan kerugian materiil mencapai Rp1 miliar.
Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Utara melakukan proses identifikasi 16 korban kebakaran Panti Werdha Damai.
“Saat ini tim sedang melakukan proses identifikasi seluruh korban meninggal dunia di RS Bhayangkara Polda Sulut hingga diketahui identitas lengkap dan dilakukan koordinasi dengan pihak keluarga,” kata Kabid Humas Polda Sulut Kombes Pol Alamsyah P. Hasibuan di Manado, Senin (29/12).
Ada suara minta tolong’ – kesaksian warga
Warga bernama Steven Mokodompit menceritakan saat ikut mengevakuasi korban, seperti dilaporkan Detik.com. Steven mengaku tiba di lokasi kejadian pada Minggu (28/12) sekitar pukul 20.00 Wita.
Saat itu api sudah membara. Steven bersama sejumlah warga lain berusaha menyelamatkan penghuni panti. “Jadi kami berusaha evakuasi yang masih bisa diselamatkan di bagian belakang,” katanya kepada wartawan, dilansir detikSulsel, Senin (29/12).
Steven dan warga berhasil menyelamatkan enam orang dari dalam panti melalui areal belakang. Namun, beberapa saat kemudian satu di antaranya meninggal dunia diduga kehabisan oksigen.





















