Israel Serang Gereja di Gaza, 8 Orang Tewas

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Sebuah ledakan terjadi di gereja tertua, Gereja Saint Porphyrios di Gaza pada Kamis (19/10/2023) waktu setempat. Gereja Saint Porphyrios selama perang menampung pengungsi Palestina, dan mengakibatkan korban meninggal dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan Israel.

Gereja Saint Porphyrius telah menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal akibat pemboman Israel, dari semua agama. Direktur Rumah Sakit Shifa di Gaza, Mohammed Abu Selmia mengatakan puluhan orang terluka di gereja Ortodoks Yunani itu.

Tetapi ia tidak dapat memberikan jumlah korban meninggal secara pasti karena banyak mayat masih berada di bawah reruntuhan. Otoritas terkait mengatakan, korban meninggal akibat pemboman Israel terhadap sebuah gereja Ortodoks Yunani di Gaza telah meningkat menjadi delapan, dan puluhan lainnya dilaporkan terluka.

Wanita dan anak-anak termasuk di antara mereka yang meninggal dalam serangan terhadap Gereja Saint Porphyrius di lingkungan al-Zaytoun di Gaza. Jumlah orang yang meninggal dan terluka masih bisa bertambah lagi.

Laporan kantor berita Al Jazeera, mengatakan bahwa pemboman tersebut menyebabkan runtuhnya gedung Dewan Pengurus Gereja. Di mana gereja tersebut telah menampung beberapa keluarga Palestina, baik Kristen maupun Muslim, yang mengungsi di gereja tersebut di tengah berlanjutnya pemboman Israel.

Pihak berwenang Palestina menyalahkan ledakan tersebut akibat serangan udara Israel. Patriarki Ortodoks Yunani di Yerusalem mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan tersebut Ia mengatakan pihaknya “tidak akan mengabaikan kewajiban agama dan kemanusiaannya” untuk memberikan bantuan.

Seorang korban mengatakan kepada Al Jazeera bahwa tidak ada peringatan dari militer Israel sebelumnya. Gereja ini awalnya adalah masjid pada abad ke-7, kemudan menjadi gereka pada abad ke-12 selama Perang Salib. George Shabeen, seorang Kristen Palestina dan ayah dari empat anak yang tinggal di gereja bersama keluarganya, mengatakan bahwa mereka tidak punya tempat lain untuk mengungsi.

Jika mereka keluar untuk berjalan, mereka akan menjadi sasaran serangan udara Israel. “Datang ke sini menyelamatkan hidup kami,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.  “Pada malam hari, kami berkumpul bersama, Muslim dan Kristen, tua dan muda, dan berdoa untuk keselamatan dan perdamaian,” sambungnya.

Baca Juga :   Klaim Israel Tewaskan Komandan Hizbullah Fuad Shukr Dalam Peperangan Di Beirut

Bagi Sobeh, fakta bahwa keluarga-keluarga yang berbeda agama berkumpul di bawah atap gereja di tengah pemboman Israel. “Tujuan Israel adalah menghancurkan komunitas kami dan menggusur kami,” tambahnya dengan suara bergetar.  “Mereka mungkin bisa membunuh kita. Tapi kita akan terus bersama sebagai warga Palestina, hidup dan mati, Muslim dan Kristen,” kata Sobeh.

Pemboman Israel terhadap Gereja Saint Porphyrios tersebut merupakan bencana besar. Selama Kamis malam, pemboman Israel sangat intensif di kota Al-Zahra di Gaza tengah di mana lebih dari 10 bangunan tempat tinggal dan menara telah hancur.

Ribuan orang menunggu di Al-Zahra untuk dievakuasi ke wilayah yang lebih aman dan jauh dari bombardir Israel. Juga dalam beberapa jam terakhir, penembakan tank Israel telah menghantam sebuah kamp pengungsi di Jalur Gaza.

Kondisi masyarakat di Gaza terus memburuk menunggu kabar bantuan kemanusiaan yang diperkirakan masuk ke Gaza dari Mesir. Masuknya ratusan truk bantuan kemanusiaan yang menunggu di sisi perbatasan Mesir dengan Gaza akan membantu mengatasi situasi saat ini

karena persediaan bahan bakar dan makanan semakin menipis dan terdapat kekurangan obat-obatan yang diperlukan untuk merawat korban luka parah di rumah sakit.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Tinggalkan Balasan

Ikuti Kami :

Berita Serupa

Berita Terbaru

Twitter Kami

Load More

Tag Berita