Mediapasti.com – Pada Sabtu malam, 22 Maret 2025, lebih dari 100.000 warga Israel turun ke jalan di berbagai kota, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem, untuk memprotes serangan militer yang dilancarkan pemerintah Israel ke Jalur Gaza.
Demonstrasi ini mencerminkan meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang dianggap kontroversial dan otoriter.
Lonjakan Massa di Tel Aviv
Di Lapangan Habima, Tel Aviv, puluhan ribu demonstran memadati area tersebut hingga meluber ke jalan-jalan sekitar.
Jumlah peserta aksi meningkat signifikan dibanding pekan sebelumnya, mencerminkan eskalasi ketidakpuasan publik terhadap pemerintah.
Kemarahan massa dipicu oleh rencana Netanyahu untuk memecat Kepala Shin Bet, Ronen Bar, dan Jaksa Agung Gali Baharav-Miara.
Langkah ini dianggap sebagai upaya mempertahankan kekuasaan dengan mengorbankan prinsip demokrasi.
Kekhawatiran terhadap Nasib Sandera
Di Lapangan Hostages, Yerusalem, demonstran yang dipimpin oleh Forum Sandera dan Keluarga Hilang memprotes serangan ke Gaza yang dinilai dapat membahayakan keselamatan sandera yang masih ditahan.
Mereka menuntut pemerintah fokus pada negosiasi pembebasan sandera daripada melanjutkan aksi militer.
Para demonstran menuntut:
- Penghentian segera serangan militer ke Gaza.
- Penghormatan terhadap prinsip demokrasi dan supremasi hukum.
- Pembebasan sandera melalui jalur diplomasi.
Pemerintah Netanyahu menghadapi tekanan domestik dan internasional akibat kebijakan kontroversial ini.
Meskipun demikian, hingga saat ini, belum ada indikasi perubahan sikap dari pihak pemerintah terkait tuntutan demonstran.