Mediapasti.com – Pada Selasa, 3 Juni 2025, Lee Jae Myung, pemimpin Partai Demokratik Korea (DPK), resmi memenangkan pemilihan presiden Korea Selatan dengan meraih suara mayoritas luar biasa, yaitu 96,74% suara sah.
Ia mengungguli pesaing utama dari partai konservatif, Kim Moon Soo dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP), yang kemudian mengakui kekalahannya.
Kemenangan Lee menjadi tonggak penting bagi politik Korea Selatan karena menandai kembalinya partai liberal ke tampuk kekuasaan setelah beberapa tahun didominasi oleh konservatif.
Kemenangan ini juga menunjukkan perubahan sentimen publik yang menginginkan pemimpin yang lebih pro-rakyat dan fokus pada keadilan sosial.
Siapa Lee Jae Myung? Dari Masa Kecil Sulit hingga Pengacara HAM
Lee Jae Myung lahir dalam keluarga kelas pekerja yang hidup dalam kemiskinan di daerah Seongnam, dekat Seoul.
Setelah hanya menamatkan pendidikan dasar, Lee harus bekerja serabutan di pabrik-pabrik guna membantu ekonomi keluarga.
Pada suatu kecelakaan kerja, lengan kirinya tergencet mesin pres di pabrik sarung tangan bisbol, menyebabkan cacat permanen.
Selain menghadapi keterbatasan fisik, Lee juga mengalami perundungan berat dari rekan kerjanya di pabrik.
Keputusasaan pernah membuatnya dua kali mencoba bunuh diri, namun gagal dan memilih bangkit.
Keuletan Lee membawanya mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah di Universitas Chung-Ang Seoul, jurusan hukum.
Ia menyelesaikan pendidikannya dan menjadi seorang pengacara hak asasi manusia (HAM), yang memperjuangkan kaum minoritas dan rakyat kecil di Korea.
Pada 1992, Lee menikah dengan Kim Hye Kyung dan dikaruniai dua anak.
Karier Politik: Wali Kota Seongnam hingga Gubernur Gyeonggi
Lee memulai karier politiknya pada 2005 dengan bergabung di Partai Uri, yang berideologi sosial-liberal.
Pada 2010, ia terpilih sebagai wali kota Seongnam.
Selama menjabat, Lee dikenal dengan kebijakan inovatif yang fokus pada kesejahteraan masyarakat, seperti menyediakan layanan kesehatan dan pendidikan gratis, serta program pengurangan kemiskinan.
Popularitasnya semakin meningkat hingga terpilih sebagai Gubernur Provinsi Gyeonggi pada 2018, wilayah dengan populasi terbesar di Korea Selatan.
Di masa pandemi Covid-19, Lee menjadi salah satu gubernur yang paling vokal menuntut pemerintah pusat memberikan bantuan langsung kepada warga.
Pendekatan ini mendapat pujian luas dari media internasional seperti BBC dan Associated Press.
Lee sempat maju sebagai kandidat presiden pada pilpres 2022 melawan Yoon Suk Yeol, mantan presiden yang dicopot karena skandal.
Dalam pertarungan ketat tersebut, Lee kalah dengan selisih suara hanya 0,76 persen.
Meski begitu, posisi Lee sebagai tokoh utama partai liberal tidak tergoyahkan.
Setelah pilpres 2022, Lee diangkat menjadi Ketua Partai Demokratik Korea pada Agustus 2022.
Dalam posisi ini, ia memimpin partainya menghadapi tekanan dan berbagai serangan politik dari kubu konservatif.
Kontroversi dan Tuduhan Hukum yang Melekat
Sepanjang karier politiknya, Lee Jae Myung menghadapi berbagai tuduhan dan kasus hukum, yang sering dianggap politisasi untuk menjegal kariernya.
Beberapa kasus yang paling menonjol meliputi:
- Kasus korupsi dan suap (2023) terkait proyek pengembangan lahan saat ia menjabat wali kota Seongnam.
- Tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan manipulasi proyek pemerintah.
- Tuduhan memberikan pernyataan palsu saat debat kampanye pilpres 2022 mengenai hubungan dengan Kim Moon Ki, figur kunci dalam kasus korupsi.
Pada November 2024, Lee sempat divonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara satu tahun yang ditangguhkan.
Namun, ia mengajukan banding dan pada Maret 2025 pengadilan banding membebaskannya.
Putusan tersebut kemudian dibatalkan oleh Mahkamah Agung, sehingga kasusnya masih tertunda selama masa kampanye.
Upaya Pembunuhan: Penikaman Saat Kampanye di Busan
Pada Januari 2024, Lee mengalami insiden serius saat kampanye di luar lokasi pembangunan bandara Busan.
Seorang pria mendekatinya dengan pura-pura meminta tanda tangan, lalu menikam leher Lee hingga mengenai vena jugularis.
Beruntung, Lee berhasil selamat setelah menjalani operasi besar.
Insiden ini meningkatkan kewaspadaan Lee selama pilpres 2025.
Ia berkampanye di balik kaca antipeluru, mengenakan rompi antipeluru, dan dikelilingi oleh agen keamanan yang membawa perlindungan tas balistik.
Pelaku penikaman divonis 15 tahun penjara dan menyatakan niatnya untuk mencegah Lee menjadi presiden.
Sikap Politik dan Visi Pemerintahan Lee Jae Myung
Lee dikenal vokal mengkritik sistem konservatif Korea Selatan dan dominasi pengaruh militer Amerika Serikat, termasuk keberadaan sistem rudal AS yang menurutnya memicu ketegangan regional.
Ia menyebut kelompok konservatif sebagai “konservatif palsu” yang hanya mengabdi pada kepentingan elit dan mengabaikan kebutuhan rakyat kecil.
Visi pemerintahan Lee adalah memperkuat keadilan sosial, memperluas program kesejahteraan, dan meningkatkan peluang ekonomi untuk kelas pekerja.
Ia juga berjanji mendorong reformasi dalam sistem politik untuk mengurangi korupsi dan meningkatkan transparansi.