Mediapasti.com – Otoritas Mesir dilaporkan memblokir masuknya ratusan aktivis internasional yang berencana mengikuti “Pawai Global ke Gaza” untuk menentang blokade Israel atas bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina tersebut.
Puluhan aktivis yang telah tiba di Bandara Internasional Kairo dideportasi dalam dua hari terakhir, sebagaimana dilaporkan Euro News dan Al Jazeera.
Para aktivis itu berasal dari berbagai negara, termasuk Prancis, Aljazair, dan beberapa negara Eropa lainnya.
Mereka berniat berjalan kaki sejauh 50 km dari kota Arish menuju penyeberangan Rafah di perbatasan Gaza, sebagai bentuk protes damai yang menuntut dibukanya akses bantuan kemanusiaan.
Mesir Tegas Tolak Demonstrasi Tanpa Izin di Sinai
Pihak berwenang Mesir menyatakan bahwa para peserta pawai belum memperoleh izin resmi untuk melintasi Semenanjung Sinai, wilayah sensitif yang dikontrol ketat oleh militer.
Kementerian Luar Negeri Mesir menegaskan, “Mesir berhak mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga keamanan nasionalnya, terutama di wilayah perbatasan.”
Lebih dari 30 aktivis asing, termasuk tiga pengacara dari Aljazair, dideportasi kembali tanpa penjelasan hukum yang rinci.
Pemerintah Prancis juga dikabarkan sedang melakukan komunikasi intensif dengan Mesir untuk memberikan perlindungan konsuler bagi warganya yang ditolak masuk.
Penyelenggara Tetap Lanjutkan Pawai: Tekanan Moral ke Dunia
Meskipun mendapat penolakan dari otoritas Mesir, penyelenggara Pawai Global ke Gaza menyatakan tidak akan membatalkan acara tersebut.
Mereka mengklaim telah mengikuti seluruh protokol dan berkoordinasi dengan pihak Mesir.
“Kami berharap dapat memberikan informasi tambahan apa pun yang diperlukan untuk memastikan pawai berlanjut secara damai,” tulis mereka dalam pernyataan resmi.
Konvoi besar aktivis sebelumnya telah menempuh perjalanan darat melintasi Afrika Utara, menggalang dukungan dari masyarakat sipil internasional yang menyerukan berakhirnya blokade dan kampanye militer Israel di Gaza.
Krisis Kemanusiaan Gaza Memburuk: PBB Peringatkan Kelaparan Massal
Situasi di Jalur Gaza terus memburuk sejak Israel memperketat blokade pada Maret 2025 sebagai bagian dari kampanye militer melawan Hamas.
Meskipun bantuan mulai masuk kembali secara terbatas sejak Mei, organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa bantuan tersebut belum mencukupi.
Menurut Integrated Food Security Phase Classification (IPC), hampir 500.000 warga Gaza menghadapi ancaman kelaparan ekstrem, dan lebih dari 1 juta lainnya kekurangan makanan secara kronis.
Namun, pemerintah Israel menolak temuan itu, menyebutnya sebagai “tidak berdasar.”
Meski secara resmi penyeberangan Rafah masih “terbuka” di sisi Mesir, akses menuju Gaza telah diblokir sejak Israel menguasai sisi Palestina dari perbatasan itu pada Oktober 2023.
Israel menyatakan pawai ini merupakan ancaman terhadap stabilitas regional, bahkan menyebut para peserta sebagai “jihadis.”
Israel Katz, Menteri Pertahanan Israel, menyerukan kepada Mesir untuk menggagalkan pawai tersebut, karena dinilai dapat mengancam rezim Mesir dan negara-negara Arab moderat di kawasan.