Mediapasti.com – Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah Iran meluncurkan lebih dari 40 rudal ke wilayah Israel, sebagai aksi balasan atas serangan Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir milik Teheran. Serangan besar-besaran ini terjadi pada Minggu pagi waktu setempat dan mengakibatkan dampak serius, baik secara fisik maupun psikologis.
Puluhan Orang Terluka, Ratusan Bangunan Hancur
Kementerian Kesehatan Israel melaporkan sedikitnya 23 orang terluka akibat rentetan rudal yang menghantam beberapa wilayah padat penduduk. Serangan ini merusak parah infrastruktur pemukiman, termasuk apartemen, rumah-rumah pribadi, dan bangunan umum di tiga kota besar Israel, salah satunya Tel Aviv.
Menurut laporan resmi, sekitar 240 bangunan hunian mengalami kerusakan, mencakup lebih dari 2.000 unit apartemen. Di Tel Aviv saja, serangan tersebut menghancurkan ratusan rumah dan membuat lebih dari 9.000 warga kehilangan tempat tinggal.
Ruang Aman Selamatkan Nyawa
Meski kerusakan fisik besar terjadi, jumlah korban jiwa dapat ditekan berkat kehadiran ruang-ruang aman (safe rooms) yang merupakan bagian wajib dari desain rumah di Israel. Ruang ini terbukti menyelamatkan banyak nyawa saat rudal menghantam permukiman.
Konteks Serangan
Serangan rudal ini merupakan respons langsung Iran terhadap serangan militer Amerika Serikat yang menargetkan fasilitas nuklir mereka. Meski sasaran utama Iran adalah instalasi strategis militer Israel, banyak rudal yang jatuh di area sipil, memicu kekhawatiran internasional akan potensi eskalasi konflik lebih luas.
Pemerintah Israel belum merilis secara rinci langkah militer selanjutnya, namun situasi keamanan dalam negeri kini ditingkatkan ke level tertinggi.
Dampak Kemanusiaan dan Ketegangan Global
Selain kerugian fisik, serangan ini menimbulkan dampak kemanusiaan besar. Ribuan warga harus mengungsi, bantuan darurat mulai dikerahkan, dan rumah-rumah sakit kewalahan menangani korban luka.
Komunitas internasional mulai menyerukan penahanan diri dari kedua belah pihak untuk mencegah perang terbuka. Namun hingga kini, suasana tetap tegang, dan warga sipil menjadi korban utama dalam konflik geopolitik yang terus memanas.