Mediapasti.com – Amerika Serikat secara resmi mengonfirmasi telah melancarkan Operasi Midnight Hammer, sebuah operasi militer besar-besaran terhadap tiga situs nuklir utama Iran.
Operasi ini merupakan aksi militer terbesar terhadap Iran dalam satu dekade terakhir, menandai eskalasi serius dalam ketegangan geopolitik kawasan Timur Tengah.
Dalam konferensi pers yang digelar di Pentagon, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Dan Caine mengungkapkan rincian serangan yang disebut sebagai serangan presisi paling kompleks sejak Perang Teluk.
Kekuatan Militer Dikerahkan: Lebih dari 125 Pesawat, Kapal Selam, dan 75 Senjata Presisi
Operasi ini melibatkan lebih dari 125 pesawat militer, termasuk tujuh pesawat pengebom siluman B-2 Spirit, puluhan pesawat pengisian bahan bakar udara, serta pesawat tempur generasi keempat dan kelima.
Selain itu, kapal selam serang kelas Ohio milik Angkatan Laut AS juga dikerahkan untuk meluncurkan rudal.
Menurut Pentagon:
- 7 pesawat B-2 Spirit menjatuhkan 14 bom super GBU-57 ke situs Fordow dan Natanz.
- Satu kapal selam meluncurkan lebih dari 24 rudal jelajah Tomahawk ke arah situs nuklir Isfahan.
- Pesawat tempur generasi ke-4 dan ke-5 (diduga F-22 dan F-35) dikerahkan untuk menetralisir ancaman dan membuka jalur aman.
- Durasi operasi udara berlangsung lebih dari 30 jam, dengan rute pulang pergi dari pangkalan Whiteman di Missouri ke wilayah udara Iran.
Target Serangan: Fordow, Natanz, dan Isfahan
Fordow
Situs nuklir bawah tanah Fordow adalah target utama. Fasilitas ini terkenal karena dibangun jauh di bawah tanah dengan perlindungan beton bertulang untuk tahan terhadap serangan udara konvensional.
Namun, bom GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP) berhasil menjebol perlindungan ini.
Citra satelit dari Maxar Technologies menunjukkan kawah besar, tanah terhambur, dan asap pasca-serangan.
Natanz
Situs pengayaan uranium Natanz juga jadi sasaran utama. Meski tidak disebutkan kerusakan secara rinci, pejabat AS mengindikasikan bahwa instalasi sentrifugal utama ikut terdampak.
Isfahan
Kapal selam AS meluncurkan rudal Tomahawk ke arah Isfahan, menghantam kompleks industri nuklir yang memproduksi bahan baku uranium.
Serangan ini dirancang untuk melumpuhkan jalur pasokan dan logistik nuklir Iran.
Keberhasilan Operasi: Iran Tidak Sempat Merespons
Dalam pernyataan Jenderal Dan Caine, serangan ini berhasil dilakukan tanpa terdeteksi oleh radar Iran. Ia menyatakan:
“Tidak ada rudal anti-udara yang ditembakkan. Pesawat tempur Teheran tidak mengudara. Sistem pertahanan mereka buta.”
Menurut analis militer, keberhasilan ini merupakan hasil dari kombinasi teknologi siluman B-2 Spirit dan sistem peperangan elektronik canggih yang membutakan radar musuh.
Bahkan, Iran baru mengetahui skala serangan setelah citra satelit muncul di media internasional.
GBU-57 MOP: Bom Non-Nuklir Paling Mematikan
Salah satu elemen kunci operasi adalah penggunaan GBU-57 Massive Ordnance Penetrator, bom non-nuklir seberat 14 ton yang dirancang untuk menembus 60 meter tanah atau 19 meter beton bertulang.
Bom ini hanya dapat dibawa oleh B-2 Spirit dan mampu menghancurkan fasilitas bawah tanah seperti Fordow.
Bom ini sebelumnya hanya disimpan untuk serangan terhadap target berisiko tinggi, dan penggunaannya kali ini menandai pergeseran strategi militer AS ke serangan pencegahan pre-emptive.
Dampak Global: Minyak Naik dan Ketegangan Regional Meningkat
Serangan ini berdampak langsung pada pasar energi global. Harga minyak mentah Brent melonjak hingga mendekati US$ 80 per barel, tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Investor global khawatir akan gangguan pasokan energi dari Timur Tengah.
Selain itu:
- Israel dilaporkan siaga penuh menghadapi kemungkinan balasan dari Iran.
- Rusia dan Tiongkok menyerukan “penahanan diri” dan menyalahkan AS atas eskalasi.
- Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan sidang darurat.
Pernyataan Resmi Iran: “Tindakan Ini Tidak Akan Dibiarkan”
Pemerintah Iran mengeluarkan pernyataan keras menyusul serangan ini, menyebut tindakan AS sebagai “agresi terang-terangan terhadap kedaulatan nasional” dan mengancam akan melakukan balasan militer pada waktu dan tempat yang dipilih sendiri.
Namun hingga saat ini, belum ada indikasi Iran meluncurkan serangan balik, dan banyak analis menilai Iran kini tengah mengevaluasi kerusakan sebelum bereaksi secara militer.