Mediapasti.com – Program unggulan Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), masih menghadapi sejumlah tantangan serius, terutama terkait pengawasan mutu makanan dan kesiapan infrastruktur di lapangan.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa pihaknya kini tengah menyusun dan memperkuat standar operasional prosedur (SOP) untuk pemilihan serta supervisi mitra penyedia makanan.
Pernyataan ini disampaikan dalam rapat kerja yang dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo di Hambalang, Bogor, pada Sabtu (3/5/2025).
“Kami berkumpul sekarang ini untuk mempertajam SOP terkait seleksi mitra dan pengawasan infrastruktur yang harus dipenuhi oleh para mitra,” ujar Dadan, dikutip dari siaran resmi Sekretariat Presiden.
Pendidikan Kepala SPPG Terus Digenjot
Sebagai ujung tombak pelaksanaan program, BGN juga menggandeng Universitas Pertahanan (Unhan) untuk mendidik 30.000 calon Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Hingga awal Mei 2025, sekitar 2.000 Kepala SPPG telah menyelesaikan pendidikan, meskipun 6 orang mengundurkan diri, menyisakan 1.994 personel aktif.
Gelombang berikutnya ditargetkan rampung akhir Juli 2025, sebagai bagian dari percepatan program.
Anggaran Disetujui, Infrastruktur Masih Jadi PR
Dari sisi pendanaan, Dadan menyebut bahwa anggaran MBG telah disepakati secara politis oleh pemerintah pusat.
Namun, belum dijelaskan secara rinci berapa total anggaran yang dikucurkan.
Sementara itu, tantangan utama lain yang dihadapi adalah keterbatasan fasilitas infrastruktur SPPG, yang saat ini belum memadai untuk menjangkau seluruh target nasional.
“Kami harus bermitra seluas-luasnya untuk membangun sistem pendukung yang kuat,” kata Dadan.
Kasus Keracunan Makanan: MBG Dalam Sorotan
Meski dicanangkan untuk meningkatkan gizi anak bangsa, sejumlah kasus keracunan makanan dalam program MBG mencuat di berbagai daerah.
Setidaknya empat wilayah melaporkan insiden sejak program ini berjalan pada awal 2025:
- Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara
- Tanggal: 23 April 2025
- Lokasi: SDN 33 Kasipute
- Kasus: Belasan siswa muntah akibat makanan amis (nasi, chicken karaage, tahu goreng, sop).
- Polisi menemukan 53 dari 1.026 paket tidak segar.
- Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
- Tanggal: 21 April 2025
- Lokasi: MAN 1 dan SMP PGRI 1
- Kasus: 78 siswa mengalami gejala keracunan, bagian dari total 176 warga yang terdampak.
- Meski penyebab utama dari makanan hajatan, insiden memperkuat urgensi pengawasan distribusi pangan.
- Kabupaten Sumba Timur, NTT
- Tanggal: 18 Februari 2025
- Lokasi: SD Katolik Andaluri
- Kasus: 29 siswa dilarikan ke puskesmas akibat gejala mual dan muntah setelah mengonsumsi makanan MBG.
Solusi dan Harapan ke Depan
Pakar gizi dan pendidikan anak menilai bahwa program MBG adalah langkah strategis untuk menekan angka stunting dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Namun, pelaksanaannya harus disertai kontrol mutu yang ketat, serta pengawasan ketat terhadap mitra penyedia logistik dan katering.
Menurut data dari BPS 2023, angka stunting nasional masih berada di kisaran 21,6%, jauh dari target RPJMN 2024 sebesar 14%.
Program seperti MBG dapat menjadi kunci untuk menekan angka tersebut, asal dijalankan dengan standar mutu dan keamanan yang tidak bisa ditawar.