Rupiah Melemah ke Rp16.430 per Dolar AS: Gejolak Timur Tengah dan Inflasi Impor Jadi Pemicu

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Mediapasti.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan pada awal perdagangan Senin, 23 Juni 2025.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah dibuka di level Rp16.430 per dolar AS, melemah 0,31% dibanding penutupan sebelumnya.

Secara paralel, indeks dolar AS (DXY) menguat 0,35% ke posisi 99,05 pada pukul 09.00 WIB.

Penguatan ini menandakan meningkatnya permintaan pasar terhadap mata uang AS sebagai aset aman di tengah ketidakpastian global

Serangan AS ke Iran Memicu Eskalasi Timur Tengah

Tekanan terhadap mata uang rupiah tidak bisa dilepaskan dari perkembangan geopolitik yang terjadi akhir pekan lalu.

Pada Sabtu, 21 Juni 2025, militer Amerika Serikat melancarkan serangan langsung ke situs nuklir Iran sebagai bagian dari respons terhadap dugaan pengembangan senjata nuklir yang tidak transparan.

Serangan ini memicu pernyataan balasan keras dari Teheran.

Pemerintah Iran bersumpah akan membalas tindakan AS dan mengaktifkan aliansi militer kawasan, termasuk dukungan dari milisi pro-Iran di Irak dan Lebanon.

Akibatnya, ketegangan antara Iran dan Israel kembali memanas, menciptakan potensi konflik kawasan yang lebih luas dan berdampak langsung pada kestabilan ekonomi global.

Investor Beralih ke Aset Aman: Dolar dan Emas Melonjak

Kondisi geopolitik yang memanas mendorong investor global untuk mengurangi eksposur mereka terhadap aset berisiko di negara berkembang (emerging markets).

Arus modal keluar (capital outflow) meningkat, dan investor beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti:

  • Dolar AS, yang secara historis dianggap aset safe haven.
  • Emas, yang mengalami lonjakan harga ke atas US$2.500 per troy ounce.
  • Obligasi AS (US Treasury), sebagai instrumen lindung nilai terhadap ketidakpastian.

Proyeksi Nilai Tukar: Potensi Melemah ke Rp16.800/US$

Menurut Ahmad Mikail, Ekonom Senior dari Sucor Sekuritas, kondisi global yang penuh tekanan ini dapat membuat rupiah semakin terdepresiasi.

Baca Juga :   Pembangunan Di Wilayah Kel Jatiasih Masih Menuai Polemik

Ia memprediksi rupiah dapat melemah hingga Rp16.800 per dolar AS dalam waktu dekat, terutama jika konflik Iran-Israel terus memburuk.

Sementara itu, Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, memperkirakan nilai tukar rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp16.350–Rp16.500 per dolar AS.

Josua menekankan bahwa selain geopolitik, faktor domestik juga memberi kontribusi besar terhadap tekanan nilai tukar.

Faktor Domestik: Inflasi Impor dan Tekanan Fiskal Memburuk

Selain faktor eksternal, nilai tukar rupiah juga dibayangi tekanan dari dalam negeri.

Beberapa faktor utama yang memperparah pelemahan rupiah antara lain:

1. Kenaikan Inflasi Impor

Pelemahan nilai tukar menyebabkan harga barang impor naik, terutama barang konsumsi dan bahan baku industri.

Hal ini berkontribusi pada kenaikan inflasi yang pada Mei 2025 tercatat mencapai 4,25% year-on-year (yoy), lebih tinggi dari target Bank Indonesia (3±1%).

2. Defisit Fiskal Melebar

Kebutuhan subsidi energi, bantuan sosial, dan kompensasi harga membuat pemerintah menggelontorkan anggaran besar.

Defisit fiskal hingga kuartal II 2025 diperkirakan tembus 3,2% dari PDB, di atas batas ideal yang ditetapkan APBN 2025 sebesar 2,8%.

Bank Indonesia Bersiap Intervensi Pasar

Bank Indonesia (BI) menyatakan akan terus menjaga stabilitas rupiah dengan langkah-langkah yang terukur.

Dalam pernyataan resminya, BI siap melakukan:

  • Intervensi di pasar valas dan obligasi.
  • Operasi moneter untuk menyerap likuiditas berlebih.
  • Koordinasi dengan pemerintah untuk menjaga persepsi pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Tinggalkan Balasan

Ikuti Kami :

Berita Serupa

Berita Terbaru

Twitter Kami

Load More

Tag Berita