Viral Pernyataan Konten Kreator Resbob Menghina Suku Sunda dan Pendukung Persib

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Kasus yang sedang viral di jagat media sosial akhir-akhir ini melibatkan seorang kreator konten bernama Muhammad Adimas Firdaus, yang dikenal sebagai Resbob. Ia menjadi sorotan publik setelah video ucapan-ucapannya yang menghina suku Sunda dan pendukung klub sepak bola Persib Bandung (Viking) tersebar luas dan menuai kecaman dari berbagai pihak. 

Awal Mula Viral dan Isi Ucapan

Kejadian bermula saat Resbob melakukan siaran langsung (live streaming) sambil mengemudikan mobil. Dalam rekaman itu, ia terlihat berbicara dengan nada tinggi kepada teman di kursi penumpang, kemudian mengeluarkan kata-kata yang dianggap sangat kasar dan merendahkan orang Sunda secara umum. 

Dalam video yang kini viral, Resbob terlihat mengatakan kepada temannya:

“Pokoknya semua orang Sunda anj…,”

“Viking anj…,”

serta menyamakan pendukung Viking dengan sebutan yang penuh hinaan. 

Konten tersebut kemudian diunduh, dibagikan, dan cepat menyebar di platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, sehingga memancing reaksi besar netizen dalam hitungan jam. 

Gelombang Kecaman Netizen & Laporan Resmi

Menurut Jakarta Terkini Tidak sedikit netizen yang merasa tersinggung dan mengecam ucapan Resbob. Banyak yang menilai bahwa komentar yang keluar dari mulutnya bukan sekadar “lelucon”, melainkan sebuah tindakan penghinaan dan ujaran kebencian terhadap identitas suku tertentu. 

Reaksi ini juga diikuti oleh organisasi pendukung sepak bola Viking Persib Club, yang langsung melaporkan Resmob ke Polda Jawa Barat atas dugaan ujaran kebencian bermotif SARA. 

Selain itu, Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, mendesak kepolisian untuk segera menangkap Resbob karena pernyataannya dianggap menghina identitas budaya dan suku bangsa yang berpotensi menimbulkan perpecahan sosial. 

Permintaan Maaf & Klarifikasi Resbob

Menanggapi kecaman yang semakin luas, Resbob akhirnya mengunggah video klarifikasi dan permintaan maaf melalui akun media sosialnya pada 11 Desember 2025. Dalam video tersebut, ia menyatakan bahwa ucapannya muncul secara tidak sadar dan berada di luar kendalinya saat live. 

Baca Juga :   Usai Mandi Pria Terkotor di Dunia Meninggal Setelah Tak Mandi 60 Tahun

Ia menyampaikan, “Saya sadar ucapan saya tersebut sangat sensitif dan tidak ada alasan pembenaran… Ini di luar kesadaran saya,” sembari meminta maaf kepada seluruh masyarakat Sunda dan terutama keluarga besar orang Sunda di mana pun berada. 

Resbob juga mengklaim bahwa dirinya dibesarkan oleh ibu sambung yang berdarah Sunda, dan tidak pernah berniat menciptakan permusuhan antara kelompok suku. 

Dampak Sosial & Hukum yang Timbul

Kasus Resbob ini bukan kali pertama memunculkan diskusi soal batasan kebebasan berekspresi di media sosial di Indonesia. Banyak netizen dan tokoh masyarakat mulai menyoroti pentingnya tanggung jawab kreator konten dalam menjaga nilai toleransi, terutama dalam masyarakat yang multikultural seperti Indonesia. 

Selain protes publik, tindakan Resbob kini juga dilaporkan secara hukum oleh pihak berwajib, dan proses penyelidikan atas laporan itu tengah berjalan di Polda Jawa Barat. Jika terbukti bersalah, ia berpotensi menghadapi pasal yang berlaku terkait ujaran kebencian dan SARA di Indonesia. 

Tidak hanya itu, kampus tempat Resbob kuliah juga mempertimbangkan sanksi disiplin terhadapnya setelah menghina suku dan suporter dalam konten yang viral tersebut. 

Reaksi Tokoh Publik & Komunitas

Ujaran Resbob tidak hanya memicu kecaman dari netizen biasa, tetapi juga menjadi sorotan tokoh publik. Selain pejabat daerah, sejumlah selebritas dan figur masyarakat ikut menyuarakan penolakan terhadap tindakan yang dianggap rasis tersebut menegaskan bahwa Indonesia terdiri dari beragam suku dan budaya yang patut dihormati bersama. 

Hal ini menunjukkan bahwa ungkapan sesaat yang viral bisa membawa dampak besar di ranah sosial dan hukum apabila menyentuh identitas kelompok tertentu. 

Pelajaran dari Kasus Resbob

Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi pengguna media sosial terutama konten kreator untuk senantiasa berhati-hati dalam memilih kata dan sikap, meskipun berada dalam situasi santai atau lelucon. Penyebaran konten yang tidak bijak bisa berujung pada reaksi publik yang besar, sanksi hukum, dan kerugian reputasi pribadi.

Baca Juga :   Gegara Kaos Kaki Bau, 2 Siswi SMA Adu Jotos!

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Tinggalkan Balasan

Ikuti Kami :

Berita Serupa

Berita Terbaru

Twitter Kami

Load More

Tag Berita