MEDIAPASTI.COM – Bocah kelas 4 SD berinisial MR (11) ditemukan tewas gantung diri di dapur rumahnya di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur.
Siswa kelas 4 SD tersebut nekat menghakhiri hidupnya diduga lantaran tak kuat sering dibully tak punya bapak oleh teman-temannya.
Diketahui, MR merupakan anak yatim. MR sehari-harinya tinggal bersama ibu dan kakaknya setelah ayahnya meninggal beberapa tahun lalu.
Dilansir dari Tribunmataram, Kapolsek Pesanggaran AKP Basori Alwi mengatakan, aksi gantung diri siswa SD itu terjadi pada Senin (27/2/2023).
Basori menjelaskan, aksi itu pertama kali diketahui oleh sang ibu WS (50) tahun. Ia menyaksikan buah hatinya itu gantung diri di dapur rumahnya.
Sayangnya, saat hendak mencoba menurunkan sang anak, WS merasa kesulitan lantaran ia merupakan seorang penyandang disabilitas.
WS tak bisa menurunkan anaknya dari jeratan tali tersebut karena jari tangannya yang tak utuh.
“Ibunya sambil menangis kemudian telepon anaknya pertama yang sedang kerja,” kata Basori.
Setelah menerima telepon dari sang ibu, kakak korban bersama tiga orang rekannya kemudian kembali ke rumah.
Setibanya dirumah, betapa syoknya kakak korban karena telah mendapati sang adik dalam kondisi gantung diri.
Kata Basori, saat diturunkan dan dilepaskan dari jeratan tali tersebut, denyut nadi MR masih terasa. MR lantas dilarikan ke klinik di daerah Pancer namun sayangnya, setibanya di klinik nyawa MR sudah tak tertolong.
“Saat diturunkan informasinya masih ada denyut nadinya,” kata Basori.
“Dugaannya meninggal dalam perjalanan,” sambungnya.
Setelah itu, MR kemudian langsung dibawa pulang dan dimakamkan. Pihak keluarga tak menghendaki adanya proses autopsi.
Berdasarkan keterangan pihak keluarga ke Basori, penyebab MR melakukan aksi bunuh diri lantaran kerap kali menerima bullyan dari teman-temannya. MR disebut sering diolok-olok tak karena yatim.
Bahkan menurut keterangan sang ibu kepada polisi, MR beberapa kali sering pulang ke rumah dalam keadaan sedih dan murung.
“Kata ibunya, kalau dia pulang, ngambek tidak menyapa, berarti sedang dongkol. Pernah ditanya sama ibunya, katanya begitu karena di-bully teman-temannya karena dia anak yatim,” ucap Basori.
Disisi lain, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi, Jawa Timur, membantah bahwa siswa kelas 4 SD itu bunuh diri disebabkan oleh aksi perundungan oleh teman sekolahnya.
Kepala Dispendik Banyuwangi, Suratno mngatakan bahwa pihaknya telah melakukan konfirmasi langsung ke pihak sekolah tempat korban menuntut ilmu.
Berdasarkan keterangan guru dan teman-teman sebayanya, MR merupakan anak yang aktif di sekolah dan disayang oleh para guru.
“Pengakuan guru dan teman-temannya, tidak ada pembulian terhadap korban di sekolah. Dia termasuk anak aktif dan disayang gurunya,” kata Suratno, dikutip dari Kompas.com.
Meski demikian, pihaknya terus akan memaksimalkan peran Satuan Tugas (Satgas) Anti-Perundungan dan Kekerasan Anak di sekolah yang telah dibentuk sebelumnya.
“Kami kuatkan kembali Satgas Anti-Perundungan dan Kekerasan di sekolah ini dengan melibatkan banyak pihak,” ucap Suratno.