Gempa bumi berkekuatan M 7,6 mengguncang wilayah barat Jepang, tepatnya di Semenanjung Noto, Prefektur Ishikawa pada Senin (1/1/2023) pukul 16.10 waktu setempat. Gempa tersebut merobohkan sejumlah bangunan, melumpuhkan jalan, menimbulkan kebakaran, dan memicu peringatan tsunami hingga ke Rusia bagian timur. Tak lama setelah gempa, gelombang tsunami setinggi 1,2 meter dilaporkan terjadi di Kota Wajima.
Jepang adalah salah satu negara di jalur ring of fire, namun jepang memang ketat dalam hal pelaksanaan aturan teknik sipil yang mengharuskan desain tahan gempa. INGAT.. GEMPA TIDAK DAPAT MEMBUAT KEMATIAN, STRUKTUR BANGUNANLAH YG BISA BERAKIBAT PADA KEMATIAN pic.twitter.com/r6vWdlKZ9r
— INFOMITIGASI (@infomitigasi) January 1, 2024
Pihak berwenang mengonfirmasi enam orang meninggal dunia akibat gempa tersebut pada Selasa (2/1/2023) pagi, dikutip dari Reuters. Selain itu, gempa itu juga melukai setidaknya 30 orang. Langit-langit di ruang tamu pachinko di Prefektur Toyama dilaporkan runtuh dan melukai delapan orang, dua di antaranya serius. Pihak berwenang juga menutup jalan raya di dekat pusat gempa, sementara aliran listrik di 36.000 terputus.
Lebih dari 97.000 orang di sembilan prefektur diperintahkan untuk mengungsi, menurut Badan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana. Sekitar 1.000 orang dievakuasi ke pangkalan Pasukan Bela Diri Udara (SDF) di Wajima. SDF juga mengirimkan anggotanya dalam misi bantuan bencana sebagai tanggapan atas permintaan Gubernur Ishikawa, Hiroshi Hase.
Dugaan penyebab gempa Jepang Dilansir dari Asia Nikkei, mekanisme yang memicu gempa besar pada Senin itu masih belum diketahui secara pasti. Namun, para peneliti menduga, pergerakan air bawah tanah berkontribusi pada ketidakstabilan seismik di wilayah itu.
Hal tersebut diketahui karena tanah terangkat, dengan pusat gempa yang bergeser. Profesor di Departemen Ilmu Bumi dan Planet Tokyo Institute of Technology, Junichi Nakajima mengatakan, naiknya air bawah tanah dapat masuk ke dalam patahan. Air bawah tanah itu kemudian membuat patahan tersebut menjadi licin dan bisa memicu gempa.
Analisis para peneliti terhadap gelombang seismik menunjukkan bahwa air terakumulasi pada kedalaman 20-30 kilometer. Jika air tersebut naik hingga sekitar 10-15 kilometer, kemungkinan besar akan menyebabkan gempa bumi.
“Hampir tidak ada kasus yang teramati tentang kawanan gempa bumi yang melebihi magnitudo 7,” ujar Nakajima Peneliti dari Institut Penelitian Gempa Bumi Tokyo University, Aitaro Kato menjelaskan, aktivitas seismik tersebut masih harus tetap diperhatikan. “Air mungkin telah memudahkan patahan untuk tergelincir, dan menyebabkan pecahnya yang lebih besar. Kita harus terus memperhatikan aktivitasnya,” kata Kato.
Kereta cepat kembali beroperasi Empat kereta cepat yang sempat terhenti ketika gempa mengguncang, kini telah kembali beroperasi ke tujuan mereka, dikutip dari NHK. Kereta itu sebelumnya terdampar di antara kota Toyama dan Kanazawa di Jepang tengah setelah gempa.
Setelah berhenti selama lebih dari 11 jam, dua kereta tiba di stasiun Toyama pada Selasa pukul 04.00 pagi waktu setempat. Dua kereta lainnya yang berangkat dari arah berlawanan tiba di stasiun Kanazawa di Prefektur Ishiwaka. Dilaporkan hampir 1.400 penumpang terdampar di dalam kereta berkecepatan tinggi tersebut.