Mediapasti.com – Negara-negara Arab baru-baru ini meluncurkan perlawanan keras terhadap rencana kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mengusulkan pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.
Rencana ini memicu penolakan keras di seluruh dunia Arab, yang bersatu dalam menghadapi upaya tersebut.
Penolakan dari Negara-negara Arab: Satu Suara untuk Palestina
Rencana relokasi Palestina ini tidak hanya ditentang oleh Mesir dan Yordania, tetapi juga oleh negara-negara penting lainnya seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar.
Penolakan ini menandai sebuah front persatuan yang langka di antara negara-negara Arab, yang sebelumnya terkadang terpecah dalam masalah regional.
Ketua Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, dengan tegas menyatakan pada KTT Pemerintah Dunia di Dubai, bahwa pemindahan warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat tidak dapat diterima oleh dunia Arab.
“Kami orang Arab tidak akan menyerah dengan cara apa pun sekarang,” ujar Gheit, menambahkan bahwa negara-negara Arab telah menentang gagasan ini selama lebih dari 100 tahun.
Trump Berkeras dengan Rencana Relokasi Gaza
Selama dua minggu terakhir, Presiden Trump telah bersikeras dengan usulannya untuk “membersihkan” Gaza, yang menurutnya akan dikelola oleh Amerika Serikat.
Di bawah rencana tersebut, sekitar 2,4 juta penduduk Gaza akan diungsikan ke Mesir dan Yordania.
Trump bahkan mengancam akan menghentikan bantuan kepada Kairo dan Amman jika mereka menolak untuk menerima rencana ini.
Namun, baik Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi maupun Raja Yordania Abdullah II menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima relokasi warga Palestina.
Keduanya menekankan pentingnya persatuan dunia Arab dalam mendukung Gaza dan menyerukan rekonstruksi segera tanpa harus mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka.
Posisi Negara-negara Arab terhadap Normalisasi Hubungan dengan Israel
Bahkan negara-negara yang sebelumnya semakin dekat dengan Israel, seperti Arab Saudi, menegaskan bahwa setiap bentuk normalisasi hubungan dengan Israel harus bergantung pada pembentukan negara Palestina yang sah.
“Ketidakadilan yang tidak dapat diikuti,” tegas Presiden Sisi.
“Ini adalah posisi Arab yang bersatu,” tulis Raja Abdullah dalam pernyataannya.
Arab Saudi juga menegaskan bahwa kesepakatan normalisasi dengan Israel tidak akan terjadi tanpa kemajuan dalam proses perdamaian Palestina.
“Kesepakatan normalisasi apa pun dengan Israel bergantung pada pembentukan negara Palestina,” ujar pernyataan resmi Saudi.
Pesan Dunia Arab kepada Trump: Palestina Terlalu Sensitif untuk Dipermainkan
Pesan dari dunia Arab kepada Presiden Trump sangat jelas: masalah Palestina adalah isu yang terlalu sensitif dan tidak bisa diabaikan.
Anna Jacobs, pengamat dari Arab Gulf States Institute di Washington, menyatakan bahwa negara-negara Arab tidak dapat mendukung kebijakan Amerika Serikat yang berpotensi memaksakan pemindahan paksa warga Palestina.
“Masalah Palestina terlalu sensitif dan terlalu penting bagi publik Arab,” ujar Jacobs.
Pengamat Mesir, Ahmed Maher, menambahkan bahwa tidak ada solusi yang lebih dapat diterima selain model dua negara untuk Palestina dan Israel.
“Tidak boleh ada pemindahan paksa, dan solusinya adalah model dua negara,” ujarnya.
Pertemuan Arab dan Diplomasi Internasional yang Terus Berlanjut
Sebagai tindak lanjut dari penolakan ini, Mesir akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak Arab mengenai Palestina.
Rencana ini juga dapat diikuti dengan pertemuan darurat tingkat menteri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk memperkuat posisi dunia Arab dalam masalah ini.
Dalam menghadapi tekanan internasional dan penolakan dari negara-negara Arab, rencana Trump untuk merelokasi warga Palestina menghadapi tantangan besar.
Dunia Arab kini lebih bersatu dalam upaya melindungi hak-hak rakyat Palestina dan menuntut solusi yang adil serta damai.