Nissan PHK 20 Ribu Karyawan Usai Rugi Rp75 Triliun: Tekanan Tarif AS & Saingan EV Jadi Pemicu

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Mediapasti.com – Nissan Motor Co mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 20 ribu karyawan di seluruh dunia setelah perusahaan mencatatkan kerugian bersih sebesar US$4,5 miliar (sekitar Rp74,9 triliun) pada kuartal pertama tahun 2025.

Ini menjadi kerugian terbesar yang dialami perusahaan sejak restrukturisasi besar-besaran pada tahun 1999–2000.

Dalam pernyataannya kepada media, CEO Nissan, Ivan Espinosa, menegaskan bahwa keputusan ini merupakan langkah strategis untuk menyelamatkan bisnis perusahaan.

“Kami tidak akan melakukan ini jika tidak diperlukan untuk bertahan hidup,” kata Espinosa, dikutip dari AFP, Selasa (13/5/2025).

Penyebab Utama: Tarif AS, Kompetisi Ketat, dan Penurunan Penjualan

Kerugian Nissan dipicu oleh berbagai faktor yang saling terkait. Salah satu yang paling signifikan adalah kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump terhadap produk otomotif dari luar negeri. Espinosa mengakui bahwa ketidakpastian akibat kebijakan tarif ini mengganggu proyeksi keuangan perusahaan secara keseluruhan.

ā€œKetidakpastian dari tarif AS membuat kami sulit memperkirakan secara rasional proyeksi laba operasional dan laba bersih dalam setahun penuh. Oleh karena itu, kami tidak menyebutkan angka-angka tersebut,ā€ ujar Espinosa.

Menurut analis Bloomberg Intelligence, Tatsuo Yoshida, Nissan adalah produsen mobil Jepang yang paling terdampak tarif Trump karena konsumen mereka dikenal sangat sensitif terhadap perubahan harga.

Tak hanya tarif, kompetisi dari kendaraan listrik (EV) asal China seperti BYD, XPeng, dan NIO juga memberikan tekanan besar. Ketika pasar global bergerak cepat ke arah elektrifikasi, Nissan dinilai terlambat dalam menyusun strategi dan model kendaraan listrik yang kompetitif.

Strategi Bertahan: Tutup Pabrik, Fokus EV, dan Peluang Merger

Dalam upaya restrukturisasi, Nissan juga akan mengurangi jumlah pabrik dari 17 menjadi 10 pabrik di seluruh dunia hingga 2027. Penutupan pabrik akan difokuskan pada fasilitas dengan tingkat utilisasi rendah atau wilayah yang kurang menguntungkan.

Baca Juga :   Kegiatan di Lakukan Dinas Tenaga Kerja Kab Bekasi Mengadakan Kunjungan Kerja

Di sisi lain, Nissan juga mengumumkan rencana peluncuran serangkaian kendaraan listrik terbaru, dengan fokus utama pada pasar China dan Asia Tenggara. Strategi ini diambil guna bersaing langsung dengan merek lokal yang kini mendominasi pasar EV.

Mengenai rencana merger, Espinosa menyatakan masih terbuka untuk melanjutkan dialog dengan Honda atau mitra strategis lainnya. Sebelumnya, rencana merger Nissan-Honda sempat gagal pada Februari 2025 setelah Honda ingin menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan—sebuah syarat yang ditolak keras oleh manajemen Nissan.

Proyeksi Finansial dan Harapan Pasar

Meski belum merilis angka laba resmi hingga Maret 2025, Nissan tetap menargetkan penjualan bersih sebesar 12,5 triliun yen pada tahun fiskal ini. Perusahaan juga tengah menjajaki kolaborasi dengan startup teknologi otomotif dan perusahaan baterai demi mendongkrak daya saing di segmen EV.

Kondisi ini menandai masa-masa krusial bagi Nissan, yang sejak era Carlos Ghosn telah berjuang untuk keluar dari bayang-bayang krisis korporasi dan penurunan loyalitas pasar.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Tinggalkan Balasan

Ikuti Kami :

Berita Serupa

Berita Terbaru

Twitter Kami

Load More

Tag Berita