Mediapasti.com – Dalam wawancara yang dirilis pada Senin (10/2), Trump menggambarkan proposalnya sebagai “pengembangan real estate untuk masa depan.”
Ia berencana membangun perumahan bagi warga Palestina di luar Gaza, dengan kemungkinan lima hingga enam lokasi baru.
Namun, rencana ini ditolak tegas oleh negara-negara Arab dan komunitas internasional.
Ketika ditanya apakah warga Palestina memiliki hak untuk kembali ke wilayah tersebut, yang sebagian besar telah hancur akibat serangan militer Israel sejak Oktober 2023, Trump menjawab, “Tidak, mereka tidak akan kembali, karena mereka akan mendapatkan perumahan yang jauh lebih baik.”
Reaksi Internasional terhadap Rencana Trump
Rencana Trump mendapatkan kecaman luas dari berbagai pihak. Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menyebut rencana ini sebagai “skandal” dan menegaskan bahwa pemindahan paksa warga Palestina adalah “tidak dapat diterima dan melanggar hukum internasional.”
Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdelatty, segera terbang ke Washington untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, guna menyampaikan penolakan negara-negara Arab terhadap rencana tersebut.
Abdelatty menekankan pentingnya mempercepat rekonstruksi Gaza sambil mempertahankan keberadaan warga Palestina di wilayah tersebut.
Selain itu, Raja Yordania, Abdullah II, dijadwalkan bertemu dengan Trump pada Selasa (11/2) untuk membahas masalah ini.
Dampak terhadap Gencatan Senjata dan Stabilitas Regional
Rencana tersebut juga mengancam gencatan senjata enam minggu antara Israel dan Hamas di Gaza.
Jika dilanjutkan, kebijakan ini berpotensi memperburuk situasi di wilayah yang telah dilanda perang sejak Oktober tahun lalu.
Trump tetap yakin bahwa ia dapat meyakinkan Mesir dan Yordania—dua negara penerima bantuan militer besar dari AS—untuk menerima rencananya.
“Saya pikir saya bisa membuat kesepakatan dengan Yordania. Saya pikir saya bisa membuat kesepakatan dengan Mesir. Anda tahu, kami memberikan mereka miliaran dan miliaran dolar setiap tahun,” katanya.