Mediapasti.com – Rencana gencatan senjata antara Israel dan Hamas memasuki babak baru. Pemerintah Israel dituduh mencoba menyabotase usulan gencatan senjata setelah mengajukan tuntutan baru meskipun sebelumnya telah menerima usulan lama.
Laporan media Israel menyebut David Barnea, kepala dinas intelijen luar negeri Mossad, telah memberikan daftar keberatan baru kepada para mediator. Hal ini dilakukannya selama mengikuti perundingan gencatan senjata di Qatar selama akhir pekan.
Surat kabar Haaretz, mengutip sumber yang mengetahui rincian tersebut, menyebut tuntutan baru Israel tersebut diperkirakan akan menunda perundingan, dan tidak jelas apakah Hamas akan menyetujuinya.
“Hamas telah menyetujui posisi terbaru yang disampaikan oleh Israel,” kata sumber tersebut mengatakan kepada Haaretz, seperti dikutip The Guardian, Senin (8/7/2024).
“Namun dalam pertemuan hari Jumat, Israel menyampaikan beberapa poin baru yang dituntutnya agar diterima oleh Hamas.”
Negosiasi dengan Hamas diperkirakan akan berlangsung “setidaknya tiga minggu” sebelum kesepakatan dapat dilaksanakan.
Sebelumnya, harapan untuk gencatan senjata di Gaza meningkat menyusul laporan Hamas telah memberikan persetujuan awal untuk usulan baru.
Reuters dan Associated Press melaporkan bahwa pejabat Mesir dan perwakilan Hamas mengatakan organisasi militan Islam itu telah mencabut tuntutan utama agar Israel berkomitmen untuk mengakhiri perang secara definitif sebelum ada jeda dalam permusuhan.
Dua pejabat Hamas mengatakan mereka sekarang menunggu tanggapan dari Israel. Namun Tel Aviv saat ini malah mengajukan tuntutan baru.
Seiring dengan semakin dekatnya kesepakatan potensial, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menunjukkan pola untuk mundur dari negosiasi penyanderaan.
Melalui beberapa kesempatan dalam beberapa bulan terakhir, ia dituduh menghalangi kemajuan yang dapat mengakhiri konflik, baik melalui pernyataan publik, komunikasi rahasia, atau dengan membatasi kewenangan tim negosiasi.
Tekanan kepada Israel sendiri telah meningkat karena gencatan senjata Gaza dapat memungkinkan de-eskalasi antara Hizbullah dan Israel. Kelompok Lebanon itu mengaku bertanggung jawab atas serangan roket di Galilea Bawah pada Minggu, dengan mengklaim telah menargetkan pangkalan militer Israel di dekat Tiberias.