Mediapasti.com – Jumlah korban tewas terkait dengan sekte kelaparan di Kenya telah bertambah menjadi 98 orang. Ratusan orang lainnya dilaporkan masih hilang.
Temuan puluhan mayat yang terkubur di hutan Shakahola dekat kota pesisir Malindi telah mengejutkan warga Kenya. Pemimpin sekte Paul Mackenzie Nthenge dituduh membuat para pengikutnya mati dengan mengabarkan bahwa kelaparan adalah satu-satunya jalan menuju surga.
Dilansir kantor berita AFP, Kamis (27/4/2023), kisah mengerikan, yang dijuluki “Pembantaian Hutan Shakahola” ini telah mendorong seruan untuk tindakan keras terhadap kelompok-kelompok keagamaan di negara yang sebagian besar beragama Kristen itu.
“Kami memiliki banyak tantangan hari ini dengan hujan tetapi pada akhirnya kami mengeluarkan delapan mayat,” kata seorang sumber polisi kepada AFP, sehingga totalnya menjadi 98 mayat. Disebutkan bahwa polisi akan melanjutkan pencarian korban.
Di Rumah Sakit Malindi yang dikelola negara, di mana kamar mayat sudah melebihi kapasitas dengan puluhan mayat, kerabat keluarga sangat ingin tahu apakah orang-orang yang mereka cintai telah ditemukan.
Hassan Musa, seorang pejabat Palang Merah Kenya, mengatakan kepada AFP bahwa 311 orang, termasuk 150 anak di bawah umur, telah dilaporkan hilang kepada staf pendukungnya di Malindi.
“Kita berbicara tentang orang-orang yang kebanyakan dari Kenya, tetapi juga dari Tanzania dan Nigeria. Beberapa telah hilang selama bertahun-tahun,” tutur Musa.
“Kami tidak tahu berapa banyak lagi kuburan, berapa banyak mayat lagi, yang kemungkinan akan kami temukan,” kata Menteri Dalam Negeri Kithure Kindiki kepada wartawan. Dia menambahkan bahwa kejahatan tersebut cukup serius untuk menuntut tuduhan terorisme terhadap Nthenge.
Sebagian besar yang tewas adalah anak-anak, menurut tiga sumber yang dekat dengan penyelidikan.
Hussein Khalid, direktur eksekutif kelompok hak asasi Haki Afrika, yang memberi tahu polisi tentang kegiatan Nthenge, mengatakan kepada AFP bahwa gereja Good News International Church pimpinan Nthenge tampaknya mengharuskan anak-anak kelaparan terlebih dahulu, diikuti oleh kaum wanita, dan akhirnya kaum pria.
Dia mengatakan 50 hingga 60 persen korban adalah anak-anak, yang jasadnya ditemukan terkubur di dalam lubang dangkal.
Presiden Kenya William Ruto telah berjanji untuk mengambil tindakan terhadap pendeta nakal seperti Nthenge “yang ingin menggunakan agama untuk memajukan ideologi yang aneh dan tidak dapat diterima”.
Publik Kenya mempertanyakan bagaimana sekte tersebut dapat beroperasi tanpa terdeteksi meskipun Nthenge menarik perhatian polisi enam tahun lalu. Dia telah ditangkap pada tahun 2017 atas tuduhan “radikalisasi” setelah mendesak keluarga-keluarga untuk tidak menyekolahkan anak-anak mereka, dengan mengatakan bahwa pendidikan tidak diakui oleh Alkitab.
Menurut media setempat, Nthenge ditangkap lagi bulan lalu, setelah dua anak mati kelaparan dalam tahanan orang tua mereka.
Dia dibebaskan dengan jaminan 100.000 shilling Kenya (US$ 700) sebelum menyerah kepada polisi setelah temuan kuburan massal di Shakahola.
Nthenge akan hadir di pengadilan pada 2 Mei mendatang.