Jakarta – Partai Buruh bersama elemen serikat buruh, serikat petani, dan organisasi sipil lainnya menolak rencana kenaikan harga BBM termasuk gas 3 Kg. Terdapat beberapa alasan mengapa Partai Buruh menolak kenaikan BBM.
Pertama, kenaikan BBM akan meningkatkan inflansi secara tajam. Bahkan dia memprediksi, inflansi bisa tembus di angka 6,5 persen. Hal itu akan berdampak pada daya beli rakyat kecil yang semakin terpuruk.
Tolak Kenaikan BBM, Fraksi Demokrat Teriakkan AHY Presiden 2024 di Rapat Paripurna DPR. “Khususnya buruh pabrik yang selama 3 tahun tidak naik sudah menyebabkan daya beli turun 30 persen. Kalau BBM naik, bisa-bisa daya beli mereka turun hingga 50 persen,” kata Presiden Partai Buruh Said Iqbal kepada wartawan, Selasa (23/8).
Said Iqbal menekankan, kebijakan Partai Buruh pro subsidi dan jaminan sosial. Karena itu, ia menegaskan pihaknya akan menentang segala bentuk pencabutan subsidi.
Alasan kedua, tingkat upah di kalangan buruh yang tidak naik juga akan berdampak pada banyaknya PHK akibat kenaikan harga barang. Perusahaan juga akan melakukan efisiensi akibat biaya energi yang meningkat.
Ketiga, tidak tepat membandingkan harga BBM di suatu negara dengan tidak melihat income perkapita. Indonesia harga pertalite akan dinaikkan di angka 10.000-an per liter.
Dibandingkan dengan Amerika yang 20-an ribu, Singapore 30-an ribu, ia mengamini harga pertalite di Indonesia memang rendah. “Kalau melihat income per kapita, Singapore sudah di atas 10 kali kipat dibandingkan dengan kita. Jadi perbandingannya tidak apple to apple,” imbuhnya.
Rencana Kenaikan Harga BBM, Pemerintah Masih Susun Skema Penyesuaian Subsidi.
Menurut Said Iqbal, tidak tepat jika membandingkan harga BBM dengan tidak melihat kemampuan daya beli masyarakat. Sedangkan alasan keempat, kalau arahnya adalah menuju energi terbarukan, itu hanya akal-akalan. Sebab, BUMN dan perusahaan-perusahaan besar masih menggunakan energi fosil, batubara, diesel, hingga sollar.
Kelima, saat ini premium sudah hilang di pasaran, kecuali daerah tertentu. Dengan demikian jangan berdalih, ketika pertalite naik, masyarakat bisa menggunakan premium. Karena saat ini pertalite banyak digunakan masyarakat bawah. Setidaknya ada 120 juta pengguna motor di Indonesia.
“Partai Buruh mendesak pemerintah untuk memastikan tidak ada kenaikan harga BBM,” tegasnya.
Solusi yang ditawarkan, kata Iqbal, dipisahkan antara pengguna BBM yang bersubsidi dengan tidak bersubsidi. Misalnya sepeda motor, angkutan umum, dan kendaraan publik yang lain, BBMnya tidak ada kenaikan.
“Sedangkan untuk mobil, menggunakan tahun pembuatan. Misalnya yang diproduksi tahun 2005 ke bawah, tidak mengalami kenaikan harga petalite,” beber dia. Selain itu, sebelum energi terbarukan siap beroperasi, sepanjang itu pula harga BBM tidak perlu dinaikkan. Partai Buruh juga ingin memastikan, agar energi terbarukan siap demi melindungi masa depan umat manusia. (Pon)