Mediapasti.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menghadapi tantangan serius setelah pemerintah memutuskan untuk memangkas anggarannya sebesar 50%, dari Rp2,826 triliun menjadi Rp1,423 triliun.
Pemotongan ini berpotensi menghambat kemampuan BMKG dalam mendeteksi perubahan cuaca, iklim, serta ancaman bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami.
Dampak Pemotongan Anggaran
Menurut Kepala Biro Hukum, Humas, dan Kerja Sama BMKG, Muslihhuddin, pemotongan anggaran ini berdampak signifikan pada belanja modal dan belanja barang, termasuk pemeliharaan alat operasional utama.
Kemampuan pemeliharaan alat BMKG menurun hingga 71%, yang berpotensi menurunkan akurasi informasi cuaca, iklim, gempa bumi, dan tsunami dari 90% menjadi 60%.
Selain itu, kecepatan penyampaian peringatan dini tsunami yang sebelumnya tiga menit kini berisiko melambat menjadi lima menit atau lebih.
Risiko terhadap Sistem Deteksi Dini
BMKG mengoperasikan hampir 600 alat sensor yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mendeteksi gempa bumi dan tsunami.
Mayoritas alat tersebut telah melampaui usia kelayakan.
Tanpa pemeliharaan yang memadai akibat pemotongan anggaran, risiko kegagalan sistem deteksi dini meningkat, yang dapat mengancam keselamatan masyarakat.
Pengajuan Dispensasi Anggaran kepada Presiden
Menyadari dampak serius dari pemotongan anggaran ini, BMKG telah mengajukan permohonan dispensasi anggaran kepada Presiden Prabowo Subianto.
BMKG menegaskan bahwa mitigasi ancaman bencana geo-hidrometeorologi di Indonesia adalah hal mutlak yang tidak dapat diabaikan karena menyangkut keselamatan masyarakat luas.
