MEDIAPASTI.COM- BANDUNG – Menjadi relawan bagi sebagian orang adalah panggilan kemanusiaan. Menolong orang yang membutuhkan bantuan adalah sebuah hal yang menyenangkan dan keharusan.
Karena sejatinya relawan adalah para penolong kemanusiaan yang memiliki tekad relawan yang tanpa pamrih menjadi relawan dalam misi kemanusiaan bukanlah suatu keinginan melainkan panggilan jiwa yang dilakukan dengan senang dan semangat untuk bisa membantu masyarakat yang membutuhkan.
Kalau bukan karena panggilan jiwa, untuk menjadi relawan akan menjadi kegiatan yang sulit, karena tidak di dasari dengan tekad yang tulus dan bertanggung jawab. Ini pula yang diamini oleh salah satu Founder Yayasan Pemuda Peduli, Pringga Fitradi.
Bermula dari keresahannya akan sistem pendidikan yang masih perlu banyak pembenahan, ketidakmerataan penyebaran informasi tentang teknologi ke seluruh daerah, dan juga tentang aktivasi anak muda yang harus dikembangkan, membuat ia tergerak untuk membentuk satu Yayasan yang bergerak fokus di bidang Pendidikan dan aktivasi anak muda.
Pemuda Peduli, berdiri legal sejak tahun 2016 lalu ini, menjadi lahannya untuk membantu termajukannya pendidikan dan juga aktivasi anak muda di Indonesia. Ia juga memiliki misi pribadi untuk merubah stigma masyarakat tentang kerelawan dan juga berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Menjadi seorang relawan adalah bakti terhadap kepentingan public. Pada intinya aktivitas dan kreativitas yang kita mainkan dalam pengaktifan jiwa volunteering activity ya bagi anak-anak muda. Kita harus bisa menyesuaikan target dan market relawannya”. Tuturnya saat ditanyai perihal langkah apa yang akan diambil Pemuda Peduli dalam mengubah stigma masyarakat tentang kerelawanan.
Ia menambahkan tiap-tiap klasifikasi usia pasti memiliki kecenderungan minat yang berbeda. Lalu, Pringga menjelaskan tentang serunya menjadi socioworker dan beberapa intrik yang dirasakannya ketika memutuskan untuk menjadi seorang relawan.
“Menjadi socioworker itu asik. Karena kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri sekaligus orang lain. Jadi kita bekerja memenuhi 2 aspek sekaligus. Kita dan orang lain” Jelasnya.
Yayasan Pemuda Peduli sendiri terfokus membantu dalam sektor pendidikan dan juga aktivasi anak muda, Pringga menjelaskan bahwa kedua hal ini adalah faktor inti dari kemajuan suatu daerah.
“Pendidikan adalah sektor yang jika kita bangun dapat menjadi efek domino ya untuk bangkitnya sektor-sektor lain. Mengambil contoh jika sektor ekonomi menurun, ketika pendidikannya bagus (taraf pendidikan) maka itu akan ikut naik selaras. Ing Madyo Mbangun Karso, anak muda berada ditengah-tengah. Dimana kita bisa mendorong generasi sebelumnya, dan juga menarik generasi selanjutnya dalam hal perilaku positif yang bisa ditularkan dan diterapkan” Jelasnya ketika ditemui di kantor Yayasan Pemuda Peduli.
Di tahun 2021 ini, Pringga menjelaskan terdapat 2 kunci untuk membuat stigma masyarakat berubah tentang kerelawanan, yaitu kreativitas dan inovasi.
“Kreativitas dalam menggali masalah, membuat program dan mengajak orang lain dalam melakukan kolaborasi. Dan inovasi, buatlah suatu terobosan, gambaran masa depan yang ingin kita capai dan mencapainya itu dengan cara yang tidak biasa. Kita meraih hidup sukses dengan menolong orang dengan cara yang asik juga tentunya” Kata pria yang kerap disapa Ingga tersebut.
Terakhir, ia berharap bahwa adanya Pemuda Peduli bisa merubah sistem pendidikan di Indonesia dari hal terkecil yang bisa dibangun oleh generasi muda sebagai generasi penerus bangsa selanjutnya.
“Harapannya, Pemuda Peduli bisa menjadi salah satu inisiator sistem pendidikan baru yang berkualitas, tepat sasaran, tepat guna juga efisien untuk masyarakat. Dan juga Pemuda Peduli bisa menjadi wadah anak-anak muda untuk berkreasi, mengekspresikan kapasitas dirinya, dan juga menjadi ajang silaturahmi dan memberi manfaat untuk orang banyak” Pungkasnya. ( Faiz)