MEDIAPASTI.COM – Dikutp dari Detik.com, Gejala infeksi varian Omicron diketahui amat mirip dengan flu biasa. Meski tingkat keparahan infeksi Omicron relatif lebih ringan dibanding varian Corona lainnya, sejumlah pihak khawatir hal tersebut malah bikin masyarakat lengah. Pasalnya, varian Omicron menular lebih cepat dibandingkan varian Corona lainnya, bahkan dua kali lebih cepat dibanding varian Delta.
“Varian Omicron boleh dikatakan mirip dengan flu biasa, risiko penularannya memang lebih tinggi terkait juga dengan tingkah laku dari orang yang terinfeksi,” ujar Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman, Wien Kusharyoto, dalam konferensi pers ‘Riset Pengembangan Vaksin COVID-19 untuk Indonesia Pulih Bersama Bangkit Perkasa’, Rabu (26/1/2022).
“Apakah kemudian ketika terinfeksi katakanlah langsung mengambil langkah-langkah agar kemudian virusnya yang menginfeksi tersebut tidak tertular ke orang lain,” sambungnya.
Wien khawatir, lantaran gejala infeksi Omicron sulit dibedakan dengan flu biasa, orang yang terjangkit tak kemudian menerapkan langkah-langkah pencegahan penularan. Hal inilah yang menurutnya berpotensi memicu lonjakan kasus COVID-19 akibat penyebaran varian Omicron.
“(Orang yang mengalami gejala) tidak tahu apakah Omicron atau flu biasa. Memang risiko penularannya lebih tinggi dan kemungkinan besar katakan ada lonjakan kasus karena varian,” imbuh Wien.
Gelombang COVID-19 baru di Februari 2022
Wien juga menyinggung paparan Kementerian Kesehatan perihal gelombang COVID-19 RI akibat Omicron bakal tiba Februari mendatang. Namun, dengan relatif ringannya gejala Omicron, Wien berharap imbas lonjakan kasus Omicron tidak akan separah Delta di Juli 2021.
“Mungkin dan mudah-mudahan, ini tidak terlalu membebani rumah sakit seperti yang sudah terjadi sebelumnya ada gelombang varian Delta. Itu yang diharapkan. Artinya, yang bersangkutan masih bisa cukup isolasi mandiri, tidak harus dirawat di rumah sakit karena tingkat keparahan Omicron lebih rendah daripada varian Delta,” beber Wien.