Harga Minyak Dunia Stabil, Pasar Dibayangi Konflik Iran-Israel dan Suku Bunga AS

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Mediapasti.com – Harga minyak dunia bergerak stabil pada Kamis pagi (19/6/2025), di tengah ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan ketidakpastian arah kebijakan suku bunga AS.

Data Refinitiv pukul 10.00 WIB menunjukkan harga minyak Brent berada di level US$76,50 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di US$75,14 per barel nyaris tidak berubah dibanding hari sebelumnya.

Reli Harga Minyak Tertahan Setelah Kenaikan Tajam Sepekan Terakhir

Dalam sepekan terakhir, harga minyak mencatat kenaikan signifikan.

Brent naik sekitar 4,5%, sementara WTI melonjak lebih dari 6%, didorong oleh:

  • Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel
  • Penurunan cadangan minyak AS
  • Ekspektasi pelonggaran moneter global

Kenaikan ini sempat mendorong Brent menembus US$76 dan WTI mencapai US$75, namun kini mulai tertahan seiring pasar menanti arah situasi global.

Selisih Harga Brent dan WTI Semakin Menyempit

Menurut analis energi Manisha Gupta dari CNBC TV18, gap harga antara Brent dan WTI kini menyempit menjadi hanya sekitar US$1.

Ini mencerminkan kondisi pasar minyak AS yang semakin ketat setelah laporan penurunan cadangan minyak mentah terbesar dalam satu tahun yakni sebesar 11,5 juta barel.

Namun, peningkatan stok bensin di AS menjadi sinyal awal akan kemungkinan melemahnya permintaan dalam waktu dekat.

Ketegangan Iran-Israel dan Sikap AS Menambah Ketidakpastian Pasar

Konflik antara Iran dan Israel menjadi faktor utama yang menciptakan premi risiko dalam harga minyak saat ini.

Pasar mencermati kemungkinan keterlibatan langsung Amerika Serikat, yang masih belum diputuskan oleh Presiden Donald Trump.

Ketidakpastian ini membuat investor bersikap wait and see, sementara potensi eskalasi dapat mendorong harga minyak naik lebih lanjut.

Kebijakan The Fed: Menahan Suku Bunga, Tapi Tetap Berpotensi Turun

Dari sisi kebijakan moneter, Federal Reserve dalam rapat terbarunya memilih menahan suku bunga acuan, namun tetap mengisyaratkan potensi dua kali pemangkasan suku bunga hingga akhir 2025.

Baca Juga :   POLEMIK JEMBATAN DUA, DAN JALUR ALTERNATIP KE LRT

Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa risiko inflasi akibat tarif baru yang diusulkan Presiden Trump menjadi faktor utama yang dipertimbangkan dalam kebijakan ke depan.

Sikap dovish ini ikut menopang ekspektasi kenaikan harga komoditas, termasuk minyak.

Prospek Harga Minyak: Masih Tinggi, Tapi Rawan Koreksi

Kombinasi antara risiko geopolitik dan ekspektasi pelonggaran moneter mendorong harga minyak tetap tinggi untuk sementara waktu.

Namun, apabila konflik di Timur Tengah mereda atau data ekonomi menunjukkan pelemahan, harga minyak berpotensi terkoreksi dalam waktu dekat.

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp
Email
X
Threads
Pinterest
Telegram

Tinggalkan Balasan

Ikuti Kami :

Berita Serupa

Berita Terbaru

Twitter Kami

Load More

Tag Berita