Mediapasti – Qatar terus memicu kontroversi selama menjadi tuan rumah Piala Dunia, mulai dari perkara bir hingga mengundang penceramah Zakir Naik di ajang olahraga bergengsi itu.
Kontroversi ini kian mengemuka sejak Qatar mulai berbenah untuk mempersiapkan gelaran Piala Dunia, tepatnya ketika mereka merekrut tenaga kerja guna membangun sejumlah infrastruktur pendukung.
Polemik terus berlanjut ketika Qatar tiba-tiba tak mengizinkan penjualan bir hanya beberapa hari menjelang Piala Dunia dimulai.
Tak sampai di situ, Qatar masih memicu perdebatan ketika mengundang penceramah kontroversial,Zakir Naik, untuk berbicara di rangkaian gelaran Piala Dunia.
Berikut kontroversi Qatar selama menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Dugaan Pelanggaran HAM
Dugaan ini mencuat setelah The Guardian merilis laporan yang menunjukkan lebih dari 6.500 buruh migran dari lima negara meninggal di Qatar sejak negara itu ditetapkan bakal menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
The Guardian menghimpun data dari berbagai sumber pemerintahan asal para buruh migran itu, yaitu India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka.
Merujuk pada laporan negara-negara tersebut, ribuan buruh migran meninggal dunia di Qatar dalam kurun 10 tahun dari 2010 sampai 2020.
Selama periode itu, Qatar sedang mengadakan pembangunan besar-besaran untuk mempersiapkan Piala Dunia.
Tak hanya mendirikan tujuh stadion baru, Qatar juga membangun sederet infrastruktur pendukung lainnya, seperti bandara, jalan, sistem transportasi publik, hotel, hingga satu kota baru.
Pemerintah Qatar menegaskan bahwa total kematian itu tak hanya akibat proyek Piala Dunia, tapi juga berbagai hal lain. Menurut mereka, hanya 37 kematian yang berkaitan langsung dengan Piala Dunia.
Nick McGeehan selaku direktur kelompok advokasi hak buruh, Fairsquare Projects, mengakui tak semua pekerja itu meninggal karena proyek Piala Dunia.
“Namun, banyak buruh migran meninggal sejak 2011 hanya di negara itu karena Qatar mendapatkan hak untuk menyelenggarakan Piala Dunia,” ucapnya.
Anti-LGBT
Sejak awal Qatar ditetapkan menjadi tuan rumah Piala Dunia, sejumlah pihak sudah menyuarakan kekhawatiran mereka karena negara itu tak mengizinkan homoseksual.
Sebagaimana dilansir Reuters, para kritikus khawatir potensi gesekan ketika penggemar sepak bola yang merupakan lesbian, gay, biseksual, atau transgender menyaksikan Piala Dunia.
Penyelenggara Piala Dunia sendiri sudah berulang kali menegaskan bahwa semua orang, tak peduli orientasi seksualnya, boleh menyaksikan turnamen itu.
Meski demikian, dua pekan sebelum Piala Dunia digelar, duta besar Piala Dunia Qatar, Khalid Salman, menyebut homoseksual sebagai “kerusakan dalam jiwa.”
Ia menegaskan bahwa Qatar memang menyambut siapa pun yang mau menyaksikan Piala Dunia, tapi harus “mematuhi aturan kami.”
Bir
Tak hanya seksualitas, perkara alkohol juga menjadi isu panas menjelang Piala Dunia. Sebagai negara Muslim, Qatar tak mengizinkan alkholol.
Namun, ketika Qatar mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia, mereka berjanji bakal mematuhi ketentuan FIFA untuk mengizinkan penjualan alkohol.
Walau sempat mengindikasikan bakal mengizinkan bir, Qatar tiba-tiba melarang penjualan minuman beralkohol itu selama Piala Dunia, hanya dua hari menjelang laga perdana.
Associated Press melaporkan bahwa Qatar masih mengizinkan penjualan bir tanpa alkohol di delapan stadion.
Sementara itu, sampanye, anggur, whiskey, dan minuman beralkohol lainnya hanya akan tersedia di area-area mewah di arena Piala Dunia.
Zakir Naik
Belum surut emosi para penggemar sepak bola, Qatar kembali memicu amarah ketika mengumumkan bakal mengundang penceramah kontroversial, Zakir Naik, untuk bicara di Piala Dunia.
Qatar dihujani kritik karena selama ini Zakir Naik dikenal dengan ceramah-ceramahnya yang kontroversial. Ia bahkan pernah mengharamkan sepak bola profesional, terutama Piala Dunia.